loading...

Saat Joko Anwar Lupa Isi Pidato saat Raih Piala Maya 2017

Joko Anwar (Foto: Munady Widjaja)
Film 'Pengabdi Setan' memboyong lima penghargaan sekaligus dalam ajang Piala Maya 2017 yang diselenggarakan di Sari Pan Pasific Hotel, tadi malam (16/12). Mulai dari juara dalam nominasi Aktor Cilik / Remaja Terpilih, Lagu Tema Terpilih, Penyunting Gambar Terpilih, Tata Suara Terpilih, hingga Sutradara Terpilih.
Joko Anwar, selaku sutradara dalam film tersebut sangat tak menyangka dirinya bisa menyabet penghargaan Sutradara Terpilih. Mengingat, ia sempat kalah dari sutradara film 'Posesif', yakni Edwin, dalam ajang penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) 2017 yang digelar pada bulan November lalu.
"Terima kasih buat Piala Maya, terima kasih buat para juri. Kok gue deg-degan ya? Padahal gue sering menang gitu. Ha-ha-ha. Terima kasih kepada produser sudah mengizinkan saya untuk menciptakan film favorit saya waktu kecil. Terima kasih buat jutaan penonton Indonesia," ungkap Joko, saat berada di atas panggung mengucapkanspeech singkatnya. 
"Aduh, gue jadi lupa mau ngomong apa. Pas kemarin di FFI udah ingat padahal, udah ngafalin, eh enggak menang," lanjutnya berseloroh dan disambut dengan gelak tawa para tamu undangan.
Selanjutnya, Joko mengutarakan meskipun dirinya menang dalam ajang penghargaan ini, tapi bagi dia, tidak pernah ada persaingan di antara para pembuat film lainnya.
Ia juga berharap, ke depannya, industri film Indonesia semakin maju, dan para pembuat film semakin cerdas menyuguhkan tontonan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Film Indonesia kalau mau laku, enggak harus merendahkan estetika, enggak harus merendahkan kecerdasan penonton. Tentu saja dalam film making enggak ada kompetisi, semua sutradara yang udah bikin film adalah pemenang. Semua penulis skenario yang udah nulis adalah pemenang. Merdeka!" ujarnya dengan tegas.
Ditemui usai acara, Joko menambahkan pesan bagi seluruh pembuat film di Indonesia. Menurutnya, industri film di Indonesia bisa maju kalau terus menerus mendapatkan kepercayaan dari para penontonnya.
"Industri film Indonesia itu kan hanya bisa maju jika ada kepercayaan dari penonton dan film-film yang diciptakan itu adalah film-film yang bisa membuat sustainable audience dan sustainable industry jadi karena film itu adalah hubungan antara teknis dan estetika, jadi teknis dan estetikanya harus naik bukan hanya memikirkan ngejual satu film terus orang kepengin nonton, tapi gimana biar orang nonton film itu dan pengin nonton lagi," tandasnya. 
Artikel Asli