loading...

Mengapa Star Wars Tak Laku di Tiongkok ? Ini Jawabannya...

Mengapa Star Wars tak laku di Tiongkok
Sihir kekuatan pikiran para Jedi rupanya tak berpengaruh bagi para penonton Tiongkok. Rupanya di Indonesia pun demikian.
Malang nian nasib Star Wars: The Last Jedi di tanah Tiongkok. Sihir kekuatan pikiran para Jedi rupanya tak berpengaruh bagi para penonton Negeri Tirai Bambu tersebut.
Pada pekan perdana penayangannya (6/1/2018), pendapatan film garapan Rian Johnson itu mencapai US $28,7 juta (Rp383 miliar), hanya sepertiga perolehan film komedi romantis lokal berjudul The Ex-File 3: The Return of the Exes. Pekan selanjutnya, pendapatannya menurun 92 persen menjadi US $2,4 juta.
Pekan ketiga, The Last Jedi menghilang dari bioskop-bioskop Tiongkok, demikian laporan Hollywood Reporter (16/1/2018). Padahal jika melihat perolehan di seluruh dunia, film kedelapan saga Star Wars itu sudah meraup US $1,27 miliar, menjadikannya film nomor satu sedunia yang dirilis pada 2017.
Prestasi The Last Jedi di Tiongkok juga melanjutkan tren penurunan dari dua film Star Wars sebelumnya. Pada 2015, The Force Awakens mampu meraih US $124,2 juta. Sempalan Rogue One masih mampu meraup US $69,5 juta.
Faktanya, waralaba Star Wars ternyata memang tidak diterima dengan baik oleh masyarakat Tiongkok.
"Kami melihat hasil penilaian (penonton) terhadap waralabaStar Wars terus menurun," ujar James Li, pendiri Fanink, lembaga riset pemasaran yang meneliti respon penonton Tiongkok terhadap film Hollywood sejak 2014.
"(Nilai)Force Awakens masih di atas rata-rata, Rogue One masih rata-rata, dan The Last Jedi di bawah rata-rata. Hal tersebut tergambarkan dari hasil box office," jelas Li.
Total pendapatan The Last Jedi sebesar US 38,7 juta hanya sepersepuluh film Hollywood terlaris di Tiongkok pada 2017 yaitu The Fate of the Furious yang mampu memperoleh US $392,8 juta. Apa yang membuat pebalap liar Vin Diesel dan kawan-kawan mampu mengungguli kesaktian para ksatria Jedi?

Kurang dikenal oleh generasi muda Tiongkok

Star Wars pertama kali dirilis pada 1977, saat Tiongkok masih dilanda kemiskinan dan tertutup dari dunia luar. Setahun sebelumnya, pendiri Republik Rakyat Tiongkok Mao Zedong baru meninggal.
Saat itu keadaan politik negeri tersebut kacau, berimbas pada kondisi perekonomian. Boro-boro nonton bioskop, mau makan saja pasti masyarakat masih kesulitan.
Star Wars, juga dua film selanjutnya yaitu Empire Strikes Back (1980) danReturn of the Jedi (1983) tidak ditayangkan secara luas di negerinya Jet Li itu. Hampir 20 tahun kemudian, Lucasfilm membuat prekuel Star Wars yaitu Phantom Menace (1999), Attack of the Clones (2002), danRevenge of the Sith (2005).
Ketiganya tayang di Tiongkok, tapi menurut data Box Office Mojo, ketiganya tak ada yang mendapat lebih dari US $10 juta di negeri yang dikenal lewat hewan panda itu. Meski patut diingat bahwa Tiongkok era 2000-an belum mendapat ledakan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang.
Dengan begitu, generasi muda Tiongkok saat ini kurang mengenal Star Wars. Jika tidak mengenal enam film Star Wars sebelumnya, tentu sulit merangkul mereka untuk menikmati The Force Awakens dan The Last Jedi yang bertautan erat dengan film-film sebelumnya, terutama trilogi pertama.
Contohnya adegan terakhir Force Awakens, ketika akhirnya tokoh Luke Skywalker (Mark Hamill) muncul. Orang yang tidak pernah menonton trilogi pertama akan bingung, apa pentingnya seorang tua berjubah tiba-tiba muncul pada adegan terakhir?
"Dikarenakan karakter dan tema yang kompleks, ada prekuel, dan seluruh lapisan antar-generasi yang menjadi bagian dari budayaStar Wars, sulit bagi para penonton muda untuk menikmati waralaba ini," ujar Li. "Star Wars tidak punya warisan di sini. Butuh sesuatu yang segar untuk memenangi hati para penonton Tiongkok."
Itulah jawaban mengapa tiga film teranyar Fast and Furious bisa lebih menancapkan kuku pada generasi muda Tiongkok, padahal lima film pertamanya juga tak tayang di negeri Tirai Bambu.
Kisah Fast Furious cenderung lebih mudah dinikmati jika hanya ditonton per film, perkembangan plot dan karakternya juga tidak sekompleks semestaStar Wars.
Tidak usah jauh-jauh ke negeri Tiongkok, di Indonesia pun kondisinya mirip. Selama empat pekan ditayangkan, The Last Jedi baru memperoleh US $5,2 juta--kemungkinan hanya bertambah sekian persen, mengingat saat artikel ini ditulis, dari seluruh jaringan 21 Cineplex di negeri ini, hanya satu bioskop yang masih memutar film tersebut.
Sementara Fate of the Furious ditayangkan 7 pekan di Indonesia, dengan perolehan US $19,3 juta. Itulah sebabnya produser Manoj Punjabi yang menukangi Ayat-Ayat Cinta 2 (AAC 2) tak takut film tersebut bentrok tayang dengan Star Wars. Kedua film ini sama-sama tayang bulan Desember.
"Saya nggak takut dengan Star Wars. Saya pikir Star Wars di sini nggak luar biasa juga. Malah, lebih besar Fast and Furious," ujar produser Manoj Punjabi kepada Beritagar.id saat pengumuman pemain AAC 2 di Mall Senayan City, Jakarta Pusat (7/7/2017).
Ucapan Manoj itu kemudian terbukti benar.
Artikel Asli