Punya wajah kebule-bulean, Sandra Olga bukannya dipuji malah di-bully. Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sandra yang berdarah Jerman jadi bahan bully-an dengan dikatai penjajah.
“Jadi waktu aku kelas 6 SD itu tas aku dilemparin, terus aku disirikin, dibenci. Terus aku bingung banget. Kenapa banyak yang nggak suka aku. Ternyata aku beda. Muka aku bule. Kata mereka, anak-anak SD nih, aku kolonial, penjajah. Mereka pikir Belanda. Rumah aku kan perumahan dan dekat kampung, main main kelereng, main bola. Terus akhirnya si anak-anak kampung bilang, eh Belanda, Belanda, secara gue sebenarnya Jerman, bukan Belanda. Karena dipikir penjajah, ya sudah di-bully sama orang kampung. Kakak aku juga pernah dipukul kepalanya,” cerita Sandra saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/2).
Di-bully bukannya marah, Sandra malah semakin semangat untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seperti yang mereka kira. Bullying malah menjadi cambuk bagi Sandra untuk meraih sukses, hingga kini namanya dikenal banyak orang.
Lebih lanjut, Sandra sampaikan pesan pada orang-orang yang suka mem-bully-nya, juga kepada orang-orang yang selalu jadi korban bully.
“Semoga didengarin ya. Gue berharap buat teman-teman yang nge-bully aku, terima kasih banyak sudah mem-bully saya. Kalau nggak ada mereka, pasti saya nggak akan jadi orang yang superti ini. Dan untuk semuanya yang ter-bully, yuk harus bikin gimana caranya bully-an mereka itu memacu kamu untuk lebih baik. Dan saat kamu sudah berada di posisi lebih depannya dari mereka, ya kamu bisa noleh ke belakang sambil noleh (nengok) saja, nggak usah sombong, cuma disenyumin saja. Gue sudah lebih daripada lo, gitu,” tutupnya seraya tertawa. O gun/vin
Artikel Asli